Kamis, 14 November 2013

Cara Membuat Mailing List di Google dan Yahoo

CARA MEMBUAT MILIS MAILING LIST DI YAHOO GROUPS

 Anda harus memiliki email Yahoo terlebih dahulu. Kalau belum,daftar email Yahoo di sini!

1. Masuk/login ke akun email Yahoo anda di mail.yahoo.com
2. Kunjungi groups.yahoo.com -> klik Start your group (kanan atas)
3. Di "Browse Group Categories" -> Pilih kategori. Contoh, pilih Regional -> Countries -> Indonesia
4. Klik "Place My Group Here"

5. Group Name -> Beri nama. Contoh, FKIP UNIGAL CIAMIS
6. Enter Your Group Email Address -> buat alamat email group (bukan email Yahoo Anda). Harus sambung semua. Nantinya, alamatnya akan seperti ini: contoh@yahoogroups.com. 
Contoh,fkip-galuh
7. Describe Your Group -> beri deskripsi group Anda.

8. Klik Continue (bawah kanan) 
9. Pilih email Yahoo! yang akan menjadi owner group -> isi verifikasi kata -> klik Continue (bawah kanan).
10, Ada pesan Congratulations! Berarti proses membuat group selesai.

Sekarang Anda dapat menyetel/settings group yang baru dibuat. Apakah akan dibikin terbuka, tertutup atau semi-tertutup, dst.


CARA MEMBUAT MILIS MAILING LIST DI GOOGLE GROUPS

Google Group tidak sepopuler Yahoo Groups. Maklum, Google Group memang dibuat belakangan dibanding Yahoo Groups. Untuk membuat milis di Google Groups, Anda harus memiliki email Gmail terlebih dahulu. Kalau belum, daftar email Google Gmail di sini!

1. Masuk/login ke akun email Gmail anda di gmail.com 
2. Kunjungi groups.google.com -> klik Create ->
3. Name your group -> isi nama group. Contoh, FKIP UNIGAL CIAMIS
4. Create a group email address -> buat nama email group. Contoh fkipunigal (harus sambung semua).
5. Write a group description -> tulis deskripsi grup yang akan dibuat. Contoh, Forum komunikasi antara mahasiswa FKIP UNIGAL CIAMIS .
6. Klik Create My Group (bawah) -> isi verifikasi kata.
7. Klik Create my group.
8, Anda disuruh meng-invite member -> klik Skip this step
9. Selesai.





sumber : http://ceritakuwarnahidupku.blogspot.com/2012/01/cara-membuat-milis-di-yahoo-dan-google.html

Rabu, 13 November 2013

PENANGANAN LIMBAH B3

                Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.

1.       Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi

Proses pengolahan limbah B3  dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.


2.       Metode Pembuangan Limbah B3

a.       Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
                Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.

b.      Kolam penyimpanan (surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama  air limbah sehingga mencemari udara.

c.       Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
                limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.